Pendidikan Pesantren Modern: Merawat Tradisi dalam Era Globalisasi


Pendidikan Pesantren Modern: Merawat Tradisi dalam Era Globalisasi

Pendidikan pesantren modern menjadi topik yang semakin hangat diperbincangkan di kalangan penggiat pendidikan di Indonesia. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam, kini harus beradaptasi dengan era globalisasi yang semakin cepat perkembangannya. Bagaimana pesantren bisa tetap merawat tradisi-tradisi lama sambil tetap relevan di tengah arus globalisasi yang terus mengalir?

Menurut Dr. H. Ahmad Syafii Maarif, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, “Pendidikan pesantren modern harus mampu mengakomodasi nilai-nilai tradisional yang dimiliki pesantren, namun juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.” Hal ini sejalan dengan pendapat Prof. Dr. Azyumardi Azra, seorang pakar pendidikan Islam, yang menekankan pentingnya pesantren untuk terus berinovasi agar tidak tertinggal dalam era globalisasi.

Salah satu contoh pesantren modern yang berhasil menggabungkan tradisi dengan perkembangan zaman adalah Pesantren Al Furqon di Yogyakarta. Dr. Yusuf Mansur, pendiri pesantren tersebut, menjelaskan bahwa mereka mengintegrasikan pembelajaran agama dengan ilmu pengetahuan umum, serta mengajarkan keterampilan-keterampilan praktis yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Dalam konteks pendidikan pesantren modern, Ustadz Abdul Somad, seorang dai kondang, menekankan pentingnya memahami nilai-nilai tradisional pesantren tanpa meninggalkan nilai-nilai kekinian. Menurutnya, pesantren harus mampu menjadi wadah yang menghasilkan generasi yang mampu bersaing di era globalisasi.

Dengan demikian, pendidikan pesantren modern tidak hanya sekadar mempertahankan tradisi, namun juga harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan merawat tradisi dalam era globalisasi, pesantren dapat tetap relevan dan memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Theme: Overlay by Kaira Extra Text
Cape Town, South Africa