Menjadi santri di Pesantren Pembinaan bukan hanya sekedar mengikuti kegiatan belajar mengaji dan menghapal Al-Quran. Lebih dari itu, pengalaman menjadi santri di pesantren ini dapat membentuk jiwa dan akal seseorang secara holistik.
Sebagai santri, kita diajarkan untuk selalu mengutamakan akhlak yang baik dan menjaga budi pekerti. Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, “Pesantren adalah tempat untuk membentuk akhlak yang mulia dan kepribadian yang tangguh.” Dengan menjadi santri di Pesantren Pembinaan, kita diajarkan untuk menjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia.
Tidak hanya itu, menjadi santri di pesantren juga membentuk akal atau pikiran seseorang. Melalui proses belajar yang terstruktur dan disiplin, santri diajarkan untuk berpikir kritis dan analitis. Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra, “Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mampu membentuk akal dan pikiran seseorang secara menyeluruh.”
Pengalaman menjadi santri di Pesantren Pembinaan juga akan membentuk kepribadian seseorang. Dengan menjalani kehidupan sehari-hari yang teratur dan penuh disiplin, santri akan terbiasa dengan pola hidup yang sehat dan teratur. Seperti yang diungkapkan oleh KH. Ahmad Dahlan, “Seorang santri harus memiliki kepribadian yang baik dan tangguh agar dapat menjadi pemimpin yang berkualitas di masa depan.”
Dengan demikian, menjadi santri di Pesantren Pembinaan merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam membentuk jiwa, akal, dan kepribadian seseorang. Sebagai santri, kita diajarkan untuk selalu berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh KH. Hasyim Muzadi, “Pesantren Pembinaan adalah tempat yang mengajarkan nilai-nilai keislaman yang kokoh dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.”